Selasa, 14 Juni 2011

Takut Meledak LPG 3 kg Dipakai di Luar Rumah


 Akibat banyaknya kasus kompor gas yang meledak, membuat ibu-ibu penerima bantuan Kompor Gas LPG 3 Kg was-was dan sangat berhati-hati sekali dalam  menggunakan kompor bantuan ini, bahkan sampai ada salah satu keluarga yang tidak berani menyalakan kompor Gas LPG 3 Kg ini di dalam rumah mereka, alasannya takut kalau nantinya akan meledak, karena selama ini sudah banya sekali kejadian di berbagai tempat yang menggunakan kompor bantuan ini terbakar dan melepuh katanya.  

Sekitar satu bulan lalu, ketika dihadapkan pada program konversi, bukan pilihan mudah bagi banyak ibu rumah tangga untuk mengambil bantuan tabung gas dan kompornya itu, namun tidak ada pilihan lain, karena khawatir beberapa tahun kedepan, api yang menyala di dapur itu tidak lagi dapat pasokan minyak tanah. Konversi Minyak Tanah ke Gas LPG 3 Kg akhirnya  diterima juga  meski dengan segala resiko.

Selain itu yang terfikir oleh kebanyakan ibu rumah tangga adalah, nanti setelah habis LPG 3 kg dalam tabungnya hendak kemana akan diisi ulang, layaknya air galonan. Kini setelah hampir satu bulan berlalu, keadaan ini benar-benar harus dihadapi. Tidak tau mau mengisi ulangnya kemana,”kata ibu Yanti, salah seorang penerima bantuan di Desa Koto Baru Sungai Tanduk, Kecamatan Gunung Tujuh, Kabupaten Kerinci.

Jarak dusun ini dari pusat kota Kabupaten Kerinci kurang lebih 40 km, “Biasanya kalau di sana segala kebutuhan lengkap. Tapi saya tidak tahu apakah ada tempat isi ulang gas ini atau tidak,” katanya.

Cerita lain diutarakan salah seorang ibu rumah tangga Esa Silviana, warga Kecamatan Air Hangat,  yang sempat membalut tabung LPG 3 Kg dengan kain sarung dan menyimpanya di belakang rumahnya, karena takut akan meledak katanya.

Salah satu pemilik pangkalan Minyak Tanah di Kecamatan Air Hangat sejak adanya kabar konversi Minyak Tanah ke Gas LPG sudah sampai di Kabupaten Kerinci - Jambi, telah terang-terangan menolak untuk mengalihkan usahanya menjadi pangkalan gas. Usahanya yang telah berjalan hampir 8 tahun itu siap untuk ditutup, karena trauma melihat korban ledakan gas yang banyak terjadi, khusunya di pulau Jawa.

“Saat ini saya mencari orang yang mau memakai merek pangkalan yang saya punya, karena tidak berani untuk menempatkan berpuluh-puluh tabung gas di sini. Apalagi rumah saya terbuat dari papan,”katanya.(d3ri)



3 komentar: