Gerbang, yang menjadi titik satu-satunya akses ke dunia luar bagi warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza, dibuka kembali pada Rabu (8/6/2011) setelah pejabat Mesir dan Hamas menyelesaikan perbedaan diantara mereka, ujar menejer perbatasan Hamas, Ayub Abu Shaar tanpa mengatakan perselisihan antara kedua belah pihak.
Sisi Mesir menghentikan operasi mereka sejak tanggal 4 Mei di tengah perbedaan pendapat dengan pejabat Hamas. Kairo sebelumnya mengumumkan bahwa persimpangan akan dibuka kembali secara permanen.
“Penyebrangan akan beroperasi normal hari ini untuk kedatangan dan keberangkatan,” ujar Ayub Abu Shaar.
Perbatasan ini adalah tempat yang sangat penting untuk masuk dan keluar warag Palestina di Jalur Gaza yang berada di bawah blokade Israel yang melumpuhkan dan membatasi pergerakan manusia dan barang kebutuhan selama hampir empat tahun.
Menegakkan blokade di Jalur Gaza, rezim penguasa yang didukung AS dan telah digulingkan rakyatnya, Hosni Mubarak, mendukung Israel dengan menolak membuka perbatasan Rafah sejak bulan Juni 2007 meskipun ia memiliki kedaulatan penuh atas wilayah tersebut.
Rezim Mubarak berada di bawah tekanan dari komunitas internasional dan beberapa negara Arab karena menolak untuk membuka perbatasan bahkan selama serangan mematikan yang dilancarkan tentara Zionis di Jalur Gaza pada akhir 2008 hingga awal 2009 di mana 1.400 sipil Palestina kehilangan nyawa.
Penduduk Gaza menghadapi krisis yang berat karena minimnya pasokan air bersih, makanan, bahan bakar dan listrik. Pembukaan kembali gerbang Rafah diharapkan dapat membantu rakyat Palestina di Jalur Gaza untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun pembukaan gerban gini memicu kemarahan Israel.
Pemerintah baru Mesir tertarik untuk meninjau kembali kebijakan di perbatasan setelah Mubarak digulingkan pada Februari 2011. (haninmazaya/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar